Ada yang menarik, di Majalengka..
Sunday, May 08, 2016
“Masih lurus, Kang. Nanti di
ujung jalan ini belok kiri. Sampai di tugu Lengkong
masuk aja. Nanti tanya-tanya lagi sama orang di situ. Pada tau semua, kok.”
“Hatur nuhun, Kang.”
Setelah bertanya kepada dua orang muda-mudi yang sedang
memarkirkan mobil di jalan masuk menuju rumah makan, kami pun mengikuti arahan
yang mereka tunjukkan kepada kami. Seperti biasa, tiga orang pencari keramaian
pada saat hari libur (read: saya, Agus, dan Rivna), kali ini mencoba
mengendalikan kemudinya ke arah barat daya. Tak berapa lama, setelah melewati
perbatasan kabupaten Cirebon – kabupaten Majalengka, di sebelah kiri jalan,
terpampang jelas tugu bertuliskan “Selamat
datang di desa Lengkong Kulon”.
Perjalanan menuju Telaga Nila ini menghabiskan waktu
sebanyak satu setengah jam. Dengan kondisi jalanan aspal yang nggak sempurna. Setelah
memasuki tugu dan mengikuti arah Talaga Herang, kami dihadang oleh empat orang
pemuda di tengah jalan. Mereka mengenakan pakaian ala artis-artis alay,
ditambah dengan balutan rambut ala Andika Kangen Band, yang membuat kami pasrah
dengan apapun yang nantinya akan terjadi. :((((
Dari deretan empat pemuda yang menghadang kami, ternyata
mereka meminta uang kepada kami sebanyak 5ribu rupiah /motor sebagai tanda
masuk tiket ke Talaga Herang. Ditunjukkanlah arah menuju Telaga Nila, tempat
yang akan kami tuju. Lalu, setelah melewati tanjakan yang tinggi dan lumayan
curam, tiga orang berjaga di pintu masuk Telaga Nila. AHELAAAHH. Banyak banget
teka-teki nya, Mz. Mereka memberhentikan kami bukan tanpa alasan. Lagi-lagi,
tiket masuk sebesar 5ribu rupiah/orang berhasil kami keluarkan dari kantong
kami.
Tak lama setelah memasuki kawasan Telaga Nila, kami bertiga
tercengang dengan keindahan alam Telaga Nila ini. Saya sendiri sempat mikir
“ini air kok bisa biru pake banget, ya?”
Keramaian pengunjung yang berada di Telaga Nila ini, membuat
saya susah untuk mengambil foto. Percuma kalau kamera udah stand by, tapi
banyak banget orang berkerumun dan membuat kehilangan fokus. Harusnya, weekday
adalah waktu yang tepat. Tapi, dikarenakan kesibukan, makanya mau nggak mau,
suka nggak suka, weekend adalah alternatif. Kalau bukan sekarang, kapan lagi?
Saya nggak sempat bercakap dengan orang yang tahu asal mula
Telaga ini. Aseli, deh, tempat ini dipenuhi banyak pengunjung yang kebanyakan
orang pacaran sembari menghabiskan akhir pekan dengan jalan-jalan ke Telaga
Nila. Njeerrr. Tetapi, kebanyakan warga
di sekitar tempat ini menyebutnya dengan sebutan Telaga Biru. Katanya sih, karena air yang ada di Telaga ini
berwarna biru alami langsung dari alam.
Beberapa menit berada di sini, yang saya temukan bukan hanya
orang yang asyik berpacaran. Selain itu juga ada warga sekitar yang berjualan
makanan dan minuman. Jadi, jangan bimbang kalau kelaparan atau kehausan.
Rentengan kopi dari berbagai macam merk pun ada. Ada pula backpacker yang
mungkin penasaran ingin mengambil gambar di sini. Beberapa di antara mereka pun
kayaknya mulai terganggu dengan hari yang semakin sore yang justru semakin
dipadati oleh pengunjung. Diam-diam saya memperhatikan kegelisahan mereka.
Sekitar dua gelas kopi dan beberapa batang rokok sudah mereka habiskan dalam
waktu beberapa menit saja.
Tak hanya mereka, kami bertiga pun mulai gusar dengan
pengunjung yang mulai berdatangan. Pasalnya, yang saya fokuskan ketika
mengambil gambar adalah objek foto Telaga Nila itu sendiri. Bukan wefie dengan
teman-teman tanpa menampilkan keindahan alam sekitar.
Tak lama kemudian, setelah membicarakan hal lain, kami pun
bergegas menuju parkiran untuk meninggalkan Telaga Nila. Tapi, tunggu dulu
tunggu dulu. Saya berhenti sejenak karena melihat satu tempat yang membuat saya
tidak bisa memejamkan mata. Di tengah-tengah keramaian, akhirnya saya menemukan
tempat yang di mana seharusnya sudah saya dapatkan dari tadi.
Langkah kaki saya pun terhenti. Hati saya pun berteriak untuk
berhenti sejenak sebelum melanjutkan perjalanan pulang.
DAN,
HASILNYA
ADALAH…
Setelahnya, kami bertiga memutuskan untuk berganti lokasi.
Masih di Majalengka, sih, tapi yang ini agak jauh. Eh nggak jadi. Eh keujanan
di jalan.
Terbayar lah sudah
rasa penasaran ini. Perjalanan yang cukup lelah yang dimulai dengan teka-teki
dari penjaga tiket masuk, memikirkan bagaimana Telaga Nila ini bisa
menghasilkan air yang sangat bagus, sampai nggak bisa ngambil foto gara-gara
pengunjung yang bejibun.
Harapan saya ke depannya, semoga kebersihan dan keindahan
Telaga Nila ini bisa dijaga dengan sebaik-baiknya oleh warga sekitar ataupun
para pengunjung yang datang.
Sampai ketemu di cerita saya selanjutnya!
Cheers,
Ferdy Kusuma.
0 comments