#Day2: Cadas aja digantung, apalagi perasaan (?) #JuliNgeblog
Monday, July 04, 2016
Sekitar pukul 13.30, dengan rasa penasaran yang telah lama
belum tersampaikan, kami bertiga menyusuri jalanan persawahan yang begitu
memikat. Ditambah, jalanan yang dihiasi dengan panorama Gunung Ciremai yang sulit
untuk memejamkan mata. Hari minggu itu, kami bertiga melakukan perjalanan ke
Cadas Gantung yang sudah kami persiapkan matang-matang jauh beberapa hari
sebelumnya. Bersama Agus, dan Ipang, yang kebetulan sedang berkumpul di Cirebon.
Cadas aja digantung, apalagi perasaan (?)
Sepanjang perjalanan yang amat sejuk, di luar rencana yang
seharusnya 90 menit sampai ke tujuan,
gemercik air turun dari langit. You know? Sebelum sampai, kami sempat tiga kali
kehujanan, tiga kali pula berteduh. Karena kami melewati jalur Kuningan, lalu tembus
ke jalur perbatasan Cirebon – Majalengka. Tepatnya di kecamatan Pasawahan,
Lengkong Kulon, dan Sindangwangi. Bayangin, belum nyampe aja udah tiga kali
keujanan. Makan waktu nggak? Oh, jelas! Untungnya, setelah memasuki kawasan
kecamatan Leuwimunding, nggak ujan sama
sekali. ((yahelaaa, masih pakek untung segala))
Perlahan, kendaraan yang kami kemudikan mulai jalan secara
perlahan. Memasuki desa Mirat, banner besar terpampang jelas di sebelah kanan
jalan dengan bertuliskan, kurang lebih: “Selamat datang di Obyek Wisata Cadas
Gantung”. DHEG! “Apakah ini tempat yang kami tuju? Tapi kok, masuk gang-gang
kecil dan perkampungan, sih? Batin saya”.
Kendaraan kami arahkan masuk ke perkampungan dan melewati sedikit hutan
dengan jalanan cukup terjal. Beberapa meter setelah itu, masuklah kami di area parkiran
Cadas Gantung. Hanya membayar 3ribu rupiah per motor.
Setelah sampai di parkiran:
“Tebih keneh, Kang?” (masih jauh, Kang?), tanya saya ke
tukang parkir
“Caket, A, teras weh nglangkungan jalan ieu” (terus saja
melewati jalan ini), ujar tukang parkir
“Nuhun, Kang!” (terima kasih, Kang)
Kami pun mengikuti arahan yang diberikan tukang parkir tadi.
Lalu…
Sekitar 300meter berjalan menapaki hutan, terlihat keramaian
di depan mata saya. Ternyata, itu adalah pintu masuk Cadas Gantung. Merogoh
kocek senilai 3ribu rupiah (lagi) di loket pembayaran, saatnya kami menikmati
keindahan alam yang luar biasa ini.
Satu per satu dari kami mulai mendaki untuk mencapai puncak
Cadas Gantung. Pemandangan yang mahadahsyat yang disuguhkan di tempat ini
membuat saya sulit untuk memejamkan mata. Terlihat pula, beberapa pasang orang
yang sedang berpacaran pun menjadikan tempat ini sebagai tempat untuk
menghabiskan waktu mereka. Sama Abang aja hyuk, Dek!
Sebelum benar-benar mecapai puncak Cadas Gantung, ada sebuah
gubung kecil tempat beristirahat para traveler. Gubug yang terbuat dari bambu
itu mungkin juga bisa dipakai sebagai tempat mereka-mereka yang pacaran. Spot
di sini juga kebilang sangat menarik. Bukit hijau yang membentuk gunung, adalah
salah satu dari sekian banyak spot yang harus saya abadikan.
Nggak hanya sampai di sini, Cadas Gantung memiliki pesona
alam yang luar biasa. Lagi-lagi saya harus mendaki bebatuan untuk mencapai
puncaknya dan melihat matahari yang akan tenggelam menuju peraduannya. Bok,
capek dong nanjak terus. AHELAH, gitu doang lemah lau! Setelah mencapai puncak
Cadas Gantung, saya membuka sling bag saya. Saya mengambil kamera saya, lalu
saya cari beberapa titik, lalu juga saya mulai njepret sana sini, lalu juga
terlihat beberapa orang sedang menikmati waktu liburnya. EHM…
Sore itu, awan cerah mulai terasa tampak gelap diiringi
angin yang berembus cukup kencang. Semburat senja mulai mewarnai cakrawala yang
setia berpihak kepada perjalanan kami. Kami terhenti beberapa menit sembari
menyaksikan kesempurnaan langit sore itu. Melihat bagaimana cara awan bergerak
menyelimuti mentari yang bersinar, melihat beberapa orang bercengkrama dengan
yang lainnya, melihat daun-daun yang bergoyang karena sapaan angin, sembari
mensyukuri betapa Maha Besar-nya Tuhan menciptakan tempat ini.
Setelah itu, di atas puncak Cadas Gantung, yang tersisa
hanya kami bertiga. Lho, kok? Pada ke mana neh klw leh tw? Kami pun bergegas
mendaki turunan tangga yang terbuat dari bebatuan alami. Di pertengahan jalan,
di dekat gubug yang beratapkan jerami, kami kembali terhenti melihat dua orang
yang memikul karung dan mengambil sampah. PROUD OF YOU, GUYS!! Mereka rela
mendaki Cadas Gantung ini hanya untuk membersihkan area wisata. Good job, Bro!
Sekian dulu
#JuliNgeblog di hari kedua ini. Sampai ketemu di jalan-jalan bareng saya
selanjutnya.
Cheers!
Ferdy Kusuma.
0 comments