Menelusuri Situs Bersejarah yang Dimiliki Kota Cirebon
Tuesday, November 01, 2016
Ada alasan tertentu mengapa saya mencintai Cirebon. Yang
utama, jelas, karena kota kelahiran saya. Dari beberapa alasan, agenda utama
saya cuma satu: ingin mengetahui lebih jauh tentang sejarah Cirebon. Semua
orang tahu, Cirebon adalah kota yang mempunyai sejarah yang sangat panjang,
terutama dalam perkembangan Islam di Jawa Barat, mungkin pula di Indonesia.
Dalam perjalanan kali ini, saya berkesempatan untuk mengunjungi tempat
bersejarah di Cirebon. Ditemani dua teman traveling saya; Rivna dan Burhan.
Pagi itu, sekitar pukul sembilan, saya dan Rivna bersiap
untuk melakukan perjalanan ke Keraton Kanoman. Persiapan menuju Keraton Kanoman
sangat mendadak, saya adalah tipe orang yang selalu mendadak tiap
kali melakukan perjalanan. Kebetulan, hari itu diwarnai dengan langit yang
cerah. Setelah sampai di Keraton Kanoman, saya ternganga, diam seribu bahasa, ketika beberapa bangunan bersejarah berdiri kokoh di hadapan saya. Beberapa
bangunan itu terbilang sangat bersejarah, karena merupakan ikon kota Cirebon
yang mempunyai daya tarik tersendiri dan mempunyai cerita pada setiap
arsitekturnya.
Keraton Kanoman berdiri pada tahun 1678, yang merupakan satu
dari dua bangunan Kesultanan Kacirebonan. Didirikan oleh Pangeran Mohamad
Badridin, peninggalan bersejarah di Keraton Kanoman sangat erat kaitannya
dengan agama Islam yang disebarluaskan oleh Sunan Gunung Jati.
Saya sangat beruntung ketika berkunjung ke sini. Saya
bertemu orang baru yang memberikan banyak informasi tentang bangunan yang
berada di Keraton Kanoman. Beliau memperkenalkan diri dengan nama Bu Norma. Bu
Norma adalah guide lokal Keraton Kanoman yang mengizinkan saya memasuki ruangan
pribadi Raja Keraton Kanoman. Saya menginjakkan kaki di Ruang Jinem yang
merupakan tempat untuk menyambut para tamu atau pejabat yang berkunjung ke
Keraton Kanoman.
Setelah saya bertanya banyak tentang beberapa bangunan di
Keraton Kanoman, Bu Norma menjelaskan dengan senang hati kepada saya. Dari
mulai dua bangunan yang berdiri tegak menjulang ketika memasuki area Keraton,
yaitu tempat untuk memperingati acara Gong Sekaten. Gong Sekaten adalah ritual
Keraton Kanoman yang biasanya para peserta ritual menaburkan bunga untuk
mencari keberkahan dalam hidup. Gong Sekaten diperingati setiap Maulid Nabi
Muhammad SAW. Bergeser sedikit ke samping, ada Sanggar Kemuning, tempat untuk
belajar atau latihan tari topeng yang merupakan tarian khas Cirebon atau Jawa
Barat. Siang itu, saya diajak berkeliling ke halaman belakang Keraton, di sana
terdapat Rumah Keputren yang merupakan tempat singgah keluarga Raja. Belum
selesai sampai di sini, Bu Norma juga memperkenalkan Witana. Witana yang
berarti dalam Bahasa Cirebon "awit-awit ana" atau pertama kali ada, adalah rumah yang ada pertama kali di
Cirebon, bahkan bangunan itu berdiri sebelum adanya Keraton Kanoman.
Pintu masuk acara Gong Sekaten
Tempat yang biasanya diadakan ritual Gong Sekaten
Halaman luar Keraton Kanoman
Halaman luar Keraton Kanoman
Sanggar Kemuning
Alat musik di Sanggar Kemuning
Ruang Jinem -ruang penerima tamu Keraton-
Ruang pribadi keluarga Raja Keraton Kanoman
Witana -rumah pertama di Cirebon-
Witana
Saya dan Bu Norma
Bu Norma dengan keramahannya banyak bercerita tentang tempat
yang menjadi tujuan wisata saya, bercerita tentang dirinya yang setiap hari
membersihkan ruangan Raja, memberi petunjuk kepada setiap wisatawan yang
berkunjung, dan lain-lain. Saya sangat kagum dengan cara beliau menjawab, sikap
beliau yang polos, dan raut wajahnya yang selalu memberikan senyuman.
Langkah kaki saya berjalan menuju keluar area Keraton
Kanoman setelah berpamitan dengan Bu Norma. Matahari mulai menelusup pori-pori
kulit saya disertai semilir angin yang berembus kencang. Kemudian, saya dan
Rivna melanjutkan perjalanan ke tempat lain. Burhan mulai bergabung dengan kami
ke tempat kedua yang akan kami jelajahi. Kami menghabiskan perjalanan sekitar
20 menit dari Keraton Kanoman menuju Gua Sunyaragi, tempat bersejarah kedua
yang kami jelajahi hari itu.
Dengan membayar tiket masuk sebesar Rp10.000 di akhir
pekan, saya antusias ingin mengenal lebih jauh tentang situs bersejarah di
Cirebon ini. Lagi-lagi, saya bertemu dengan guide lokal, kali ini seorang pria,
namanya Pak Ahmad. Percaya atau tidak, sikap ramah dan murah senyum bisa
mendatangkan banyak keuntungan? Contohnya saya yang dengan ramah menyapa Pak
Ahmad yang sedang duduk di depan pintu masuk Gua Sunyaragi. Saya meminta beliau
untuk bercerita tentang sejarah Gua Sunyaragi dengan segelintir pertanyaan yang
saya berikan kepada beliau. Tentu saja, beliau menjawabnya dengan senang hati.
Rasanya, saya seperti memasuki dunia yang berbeda ketika berjalan
melangkah berkeliling Gua Sunyaragi. Saya seperti menyusup ke ruang masa lalu
melalui lorong waktu yang tiba-tiba mengantarkan saya. Spot yang ditawarkan di
sini begitu memikat di setiap sudut yang saya lalui. Gua cantik yang terbentuk
dari batu karang alami menampakkan keagungannya tepat di depan mata saya.
Dihiasi taman yang tak kalah cantik, air yang mengalir pelan di sekeliling Gua,
tempat duduk yang nyaman, dan kerumunan manusia yang semakin menambah daya
tarik yang berarti Gua Sunyaragi sudah mulai dikenal oleh masyarakat luas.
Menurut keterangan Pak Ahmad selaku guide lokal di sini, Gua
Sunyaragi didirikan tahun 1703 oleh Pangeran Arya Kararangeng. Terdiri dari
12 bangunan Gua, yang masing-masing bangunannya memiliki fungsi yang berbeda.
Berikut, 12 bangunan dari Gua Sunyaragi dan fungsinya yang berhasil saya catat
setelah bertanya kepada Pak Ahmad:
1 1. Gua Pengawal; sebagai tempat berkumpulnya para
prajurit Keraton
2 2. Bangsal Jinem; sebagai tempat duduk para pejabat
Keraton untuk menyaksikan berbagai pertunjukan yang digelar
3 3. Mande Beling; tempat istirahat para putra-putri
Keraton
4 4. Gua Peteng; tempat meditasi para prajurit
Keraton
5 5. Kaputran dan Kaputren; tempat penggemblengan
secara agama untuk putra-putri Keraton
6 6. Bale Kembang; sebagai alat penghubung Gua bagian
depan dan belakang
7 7. Gua Argajungut; tempat pertemuan para pejabat
keraton yang bersifat rahasia
. 8. Gua Padang Ati; tempat meditasi bagi mereka yang
mempunyai kesulitan dalam berpikir
9 9. Gua Kelanggengan; sebagai tempat meditasi para
Sultan Cirebon
1 10. Gua Langse; tempat istirahat keluarga Keraton
11. Gua Pawon; bukan tempat untuk memasak, tetapi tempat menyimpan makanan yang telah disediakan oleh Keraton
11. Gua Pawon; bukan tempat untuk memasak, tetapi tempat menyimpan makanan yang telah disediakan oleh Keraton
1 12. Gua Lawa; tempat bersarangnya para kelelawar
Hari semakin sore, langit pun mulai tertutup awan hitam.
Sementara saya masih asyik mengitari area Gua Sunyaragi yang termahsyur ini.
Saya yakin, suatu saat, Keraton Kanoman dan Gua Sunyaragi akan menjadi salah
satu destinasi wisata favorit di Indonesia. Dengan semakin berkembangnya
teknologi, beberapa informasi tentang historical site di Cirebon ini akan
menjalar dengan begitu cepat.
Di tempat saya berdiri ini, saya telah bercerita tentang
bagaimana saya mencintai setiap perjalanan dengan menguak sisi sejarahnya. Ini ceritaku.
Mana ceritamu? Let’s #CeritakanDuniamu!
Terakhir, jika kalian ingin menikmati Cirebon dengan
memperdalam sejarahnya, jangan lupa, dua tempat ini harus secepat mungkin ditulis
dalam bucket list kalian!
Sampai bertemu di postingan saya selanjutnya. Cheers!
0 comments