Menjelajah Kebun Raya Baturraden bersama Sahabat
Thursday, October 27, 2016
Hal yang paling tidak terasa dalam hidup adalah waktu, hal
yang paling tidak bisa dilupakan adalah kenangan dalam ingatan. Beberapa tahun
lalu, kami berteman. Tepatnya, sejak kami duduk di sebuah Taman
Kanak-kanak yang ada di desa kami. Sebuah masa kecil yang tidak akan terlupakan, bahkan
tidak akan bisa terulang. Waktu berjalan begitu cepat, sementara perjalanan
untuk hidup yang dilalui masih sangat panjang.
Tak harus terfokus pada satu arah, apalagi stagnan.
Semuanya harus dilalui dengan sebuah perjuangan. Toh kita tidak tahu seperti
apa nanti ke depannya. Kami telah menginjak dewasa, usia di mana seseorang
harus menemukan sebuah jati diri. Tetapi saya pribadi, sudah jatuh cinta kepada
sebuah lingkaran yang bernama “Traveling”.
Sore itu, sebuah chat masuk ke dalam ponsel saya:
“Antar saya ke Purwokerto, yuk!” ujar Gigin, teman masa
kecil saya
“Yuk! Kapan, nih?” timpal saya
“Sabtu siang, Bro.” balasnya lagi
Saya mengernyitkan dahi seraya berkata dalam hati “Hah?
Sabtu siang? Hmm. Oke lah”
“Siap. Berkabar aja!” balas saya kepada Gigin
Ini trip kedua saya bersama Gigin, setelah sebelumnya tahun
2013 kami trip ke Tangkuban Parahu, Lembang, Jawa Barat.
Hari Sabtu pun tiba, saya berkemas barang-barang apa saja
yang akan dibawa untuk perjalanan ke Purwokerto. Dari mulai tas ransel, catatan kecil, tempat minum, handuk, kaus, sepatu, dan tak lupa memakai
celana. Seperti para orang biasa kebanyakan ketika akan melakukan perjalanan
jauh.
Pukul 13.00, perjalanan dari Cirebon menuju Purwokerto pun dimulai. Di
sepanjang perjalanan yang menggunakan motor itu, kami sangat antusias. Terutama
saya, yang akan mengikuti “Lomba Blog #VisitJawaTengah” yang diselenggarakan
oleh Dinbudpar Provinsi Jawa Tengah. Setelah sampai di daerah Margasari, Tegal,
dengan cuaca yang panas terik siang itu, perjalanan pun terhenti tatkala hamparan bukit yang indah
menghipnotis mata kami dan membuat kami berhenti sejenak.
Tanpa pikir panjang, saya pun membuka slingbag yang di dalamnya
terdapat kamera. Lalu, mensetting kamera agar gambar yang dihasilkan sesuai
dengan apa yang diinginkan.
Margasari, Tegal
Margasari, Tegal
Margasari, Tegal
Margasari, Tegal
Beberapa menit berhenti di situ, perjalanan pun dilanjutkan,
karena masih jauh untuk sampai ke Purwokerto. Cuaca pun tak menentu. Alih-alih
girang karena cuaca terang, ternyata itu semua di luar keinginan kami. Sekitar
pukul 15.00, hujan pun turun di kawasan Bumiayu. Tak disangka dan tak diduga,
hujan yang diprediksi akan sebentar, ternyata berlangsung cukup lama.
“Gimana, nih, lanjut?” tanya Gigin kepada saya
“Terserah, sih, tapi ini sepatu takut basah” sahut saya
“Bawa jas hujan nggak?”
“Bawa, kok, santai aja”
Kami berhenti di sebuah Minimarket yang tak jauh dari tempat
pertama kali hujan turun. Beberapa menit menghabiskan
waktu di sebuah Minimarket, perjalanan pun dilanjutkan. Lagi lagi, hujan
semakin lebat di perjalanan. Kami terpaksa berhenti lagi, kali ini di sebuah
Masjid, masih di kawasan Bumiayu.
“Sekalian sholat Ashar aja, Bro.” cetus Gigin kepada saya
“Boleh, daripada ntar nggak keburu.” timpal saya
Lalu, setelah sholat Ashar, perjalanan pun kami lanjutkan.
Kali ini kami dibalut jas hujan dan membiarkan sepatu yang kami kenakan basah
kuyup. Dua jam setelah itu, tibalah kami di Purwokerto. Sebuah kota yang kami
tuju. Sebuah kota yang mengingatkan akan masa lalu Gigin yang tertanam di sini.
Ya, Gigin menimba ilmu pendidikan di Purwokerto dengan menyisakan segelintir kenangan akan masa lalunya.
Tapi, yang kami tuju bukan mengingat kembali akan sebuah
kenangan di masa silam, melainkan menjalin silaturahmi dengan teman kantor Gigin.
Pertama kali menginjakkan kaki di Purwokerto, saya dibawa ke tempat tongkrongan
Gigin semasa ia kuliah. Suasana kota yang ramah, damai, tak terlalu ramai,
membuat saya nyaman berada di sini, di Purwokerto.
Malam pun semakin larut, sementara kami masih belum
menemukan penginapan yang sesuai dengan budget di kantung kami. Kami segera bergegas. Tepatnya
pukul 21.00, kami menuju kawasan Baturraden untuk mencari penginapan. Tak perlu
mahal, yang terpenting dalam backpacker-an adalah: bisa istirahat. Di sebelah kiri
jalan, tepatnya sebelum Terminal Baturraden, kami melihat bangunan sederhana
yang bertuliskan “ADA KAMAR”. Wah, masih ada kamar yang kosong nampaknya.
Setelah bernegosiasi dengan pemilik penginapan, kami pun
memasuki ruangan itu dengan perasaan yang senang. Senang karena akhirnya bisa beristirahat juga. Harga Rp. 60.000,- /malam pun kami pilih. Tips untuk teman-teman
yang pengin backpacker-an tapi nggak pengin makan banyak biaya, salah satunya adalah cari
penginapan semurah-murahnya. Kenapa? Istirahat itu perlu, bahkan wajib
menurut saya, tidak harus Hotel berbintang, yang penting intinya adalah istirahat.
Penginapan di Baturraden
Penginapan di Baturraden
Mentari pagi pun memancarkan sinarnya ke arah tempat kami
istirahat, disertai suara penjual nasi yang menawarkan dagangannya ke arah
kamar kami. Kami pun terbangun dari tempat tidur kami. Sebelum check out dan melanjutkan perjalanan ke tempat wisata, kami sarapan terlebih dahulu dengan menghabiskan sebungkus
nasi kuning dari ibu-ibu penjual nasi yang berkeliling di area penginapan.
Setelah semuanya siap, kami segera melanjutkan perjalanan ke
atas. Menghabiskan waktu kurang dari 15 menit, akhirnya kami sampai di tempat
yang sebelumnya kami rundingkan. Welcome to Kebun Raya Baturraden!
Tepat pukul 09.30 kami sampai di sini. Kami sengaja mengambil waktu di pagi hari karena hari ini bertepatan dengan weekend dan pastinya akan ramai sekali pengunjung yang datang ke tempat ini.
Kebun Raya Baturraden ini terletak di Desa Kemutuk Lor, Kecamatan Baturraden, Kabupaten Banyumas. Kebun Raya ini memiliki luas 143,5 hektar dengan berisikan 571 spesies tanaman. Sebagian tanaman di sini dibibitkan dari Kebun Raya Bogor. Dulu, ini hanya hutan belantara yang kurang perhatian dari pemerintah setempat. Kini, atas nama renovasi, semuanya berubah. Sebuah tempat yang menurut saya bagus sekali, meski akses ke sini terbilang lumayan sulit karena tempat ini terletak di atas peternakan sapi Baturraden. Tiket masuk Kebun Raya Baturraden ini terbilang cukup murah, dengan merogoh kocek sebesar Rp. 15.000,- /orang, pemandangan alam yang tersaji di sini bisa dinikmati sepuasnya. Tempat ini pun cocok sekali untuk menghabiskan waktu bersama keluarga.
Di depan pintu masuk, terlihat beberapa orang sedang berkumpul menikmati alunan musik yang dimainkan oleh sekelompok orang yang mengenakan pakaian khas Jawa. Entah dari mana mereka berasal. Irama musik yang mereka dendangkan mampu menghipnotis beberapa pengunjung yang berdatangan ke sini, ditambah musikalisasi yang rapi. Saya berhenti sejenak di depan pintu masuk sembari melihat beberapa orang terampil berada di hadapan saya.
Kebun Raya Baturraden ini terletak di Desa Kemutuk Lor, Kecamatan Baturraden, Kabupaten Banyumas. Kebun Raya ini memiliki luas 143,5 hektar dengan berisikan 571 spesies tanaman. Sebagian tanaman di sini dibibitkan dari Kebun Raya Bogor. Dulu, ini hanya hutan belantara yang kurang perhatian dari pemerintah setempat. Kini, atas nama renovasi, semuanya berubah. Sebuah tempat yang menurut saya bagus sekali, meski akses ke sini terbilang lumayan sulit karena tempat ini terletak di atas peternakan sapi Baturraden. Tiket masuk Kebun Raya Baturraden ini terbilang cukup murah, dengan merogoh kocek sebesar Rp. 15.000,- /orang, pemandangan alam yang tersaji di sini bisa dinikmati sepuasnya. Tempat ini pun cocok sekali untuk menghabiskan waktu bersama keluarga.
Di depan pintu masuk, terlihat beberapa orang sedang berkumpul menikmati alunan musik yang dimainkan oleh sekelompok orang yang mengenakan pakaian khas Jawa. Entah dari mana mereka berasal. Irama musik yang mereka dendangkan mampu menghipnotis beberapa pengunjung yang berdatangan ke sini, ditambah musikalisasi yang rapi. Saya berhenti sejenak di depan pintu masuk sembari melihat beberapa orang terampil berada di hadapan saya.
Taman di Kebun Raya Baturraden -yang dihuni beberapa spesies tanaman-
Setelah itu, rasanya sayang sekali berlama-lama di depan
pintu masuk. Di dalam, masih banyak tempat yang harus kami eksplorasi
keindahannya. Kami menaiki puluhan anak tangga untuk mencapai tempat lain yang
sejuk ini. Pijakan pertama pun dimulai, ternyata langkah kami semakin jauh dan
hampir sampai di puncak anak tangga. Tak mungkin rasanya kami tak mengabadikan
moment seberapa jauh anak tangga yang kami daki pagi itu.
Sampai di sini saja? Tentu tidak! Masih banyak sekali tempat
yang harus kami kunjungi. Di atas masih ada sebuah taman yang diapit oleh
beberapa pohon pinus yang menjulang tinggi. Kami melangkah menuju taman yang
ditunjukkan oleh seorang bapak-bapak kepada kami. Ternyata benar, pesona alam
yang begitu memikat ada di hadapan kami.
Taman ini diberi nama Medicinal Garden. Taman ini disusun
sedemikian rupa oleh pihak Kebun Raya Baturraden dengan berbagai motif warna,
dua buah tempat duduk yang terletak di area depan pintu masuk taman, dan satu tempat
duduk lagi di area taman yang diletakkan di bawah pohon pinus. Sunyi, sepi,
segar, jauh dari hiruk-pikuk kota, di sinilah kedamaian itu ada. Jauh pula dari
rutinitas pekerjaan yang menghiasi aktivitas sehari-hari. Welcome to Medicinal
Garden at Kebun Raya Baturraden.
Medicinal Garden, Kebun Raya Baturraden
Tak jauh dari sini, terdapat sebuah homestay yang melibatkan
nuansa alam yang tak kalah segar. Rumah merah itu berdiri kokoh tepat di dekat
Medicinal Garden. Bangunan itu dihiasi oleh rumah pohon dan area bermain
anak-anak di belakangnya yang langsung terhubung dengan pemandangan alam.
Setelah puas mengelilingi Kebun Raya Baturraden, waktu menunjukkan
pukul 11.30. Beberapa pengunjung pun mulai berdatangan, yang artinya kami harus
segera keluar dari area ini. Bukan apa-apa, kami harus segera kembali ke
Cirebon, karena esok harinya bertepatan dengan hari raya Idul Adha.
Kami bergegas menuju parkiran, berkendara menuju jalan pulang, dan mencari tempat makan untuk mengisi perut yang mulai lapar. Setelah mengisi perut di sebuah resto di Purwokerto, kami
melanjutkan perjalanan untuk kembali ke Cirebon.
Kali ini, jalur yang kami lewati berbeda, bukan jalur yang pertama kali kami lewati ketika menuju Purwokerto. Kami menjelajahi jalur Kecamatan Salem, yang artinya, ini adalah jalur yang baru pertama kali kami lewati. Himpitan bukit yang menjulang tinggi menjadi saksi atas kedigdayaan Tuhan yang telah menciptakan alam ini. Perjalanan pulang ini sangat memanjakan indera penglihatan saya, inilah alasan mengapa saya selalu cinta pada setiap perjalanan yang saya lewati. Selain itu, beberapa hutan pinus dan jalanan aspal yang cukup terjal pun ambil bagian dalam perjalanan pulang kami. Sawah-sawah terhampar luas, hijau, dan nikmat sekali untuk dipandang.
Kali ini, jalur yang kami lewati berbeda, bukan jalur yang pertama kali kami lewati ketika menuju Purwokerto. Kami menjelajahi jalur Kecamatan Salem, yang artinya, ini adalah jalur yang baru pertama kali kami lewati. Himpitan bukit yang menjulang tinggi menjadi saksi atas kedigdayaan Tuhan yang telah menciptakan alam ini. Perjalanan pulang ini sangat memanjakan indera penglihatan saya, inilah alasan mengapa saya selalu cinta pada setiap perjalanan yang saya lewati. Selain itu, beberapa hutan pinus dan jalanan aspal yang cukup terjal pun ambil bagian dalam perjalanan pulang kami. Sawah-sawah terhampar luas, hijau, dan nikmat sekali untuk dipandang.
Tak lupa, moment ini harus diabadikan dalam sebuah gambar.
Pemandangan jalan pulang di Kecamatan Salem
Sekitar pukul 17.00 kami tiba di Cirebon dengan selamat. Membawa
banyak cerita dari sebuah kota administratif yang bernama Purwokerto. Membawa
cerita baru, membawa pengalaman baru, ketika mengunjungi indahnya alam Jawa Tengah yang saya abadikan dalam bentuk gambar dan tulisan.
Lebih dari itu, atas nama persahabatan yang telah kami jalani semenjak duduk di Taman Kanak-kanak, pengalaman ini tidak akan saya lupakan seumur hidup saya. Pengalaman yang tidak akan terulang kedua kalinya. Pengalaman yang akan menjadi cerita kepada istri, atau anak cucu kelak. Dan mengajarkan mereka bahwa; alam Indonesia ini sangat indah, kita harus terlibat di dalamnya dengan cara mengeksplor keindahan alam Indonesia ini, kita pula yang akan menentukan keindahannya, dengan cara menjaga dan merawatnya.
Lebih dari itu, atas nama persahabatan yang telah kami jalani semenjak duduk di Taman Kanak-kanak, pengalaman ini tidak akan saya lupakan seumur hidup saya. Pengalaman yang tidak akan terulang kedua kalinya. Pengalaman yang akan menjadi cerita kepada istri, atau anak cucu kelak. Dan mengajarkan mereka bahwa; alam Indonesia ini sangat indah, kita harus terlibat di dalamnya dengan cara mengeksplor keindahan alam Indonesia ini, kita pula yang akan menentukan keindahannya, dengan cara menjaga dan merawatnya.
Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba Blog Visit Jawa Tengah 2016 yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah @VisitJawaTengah.
2 comments
Baturraden memang memesona. Ya walaupun saya juga belum selesai mengeksplorasinya. Tulisan ini sedikit banyak bercerita apik tentangnya, Kak. Kereeennn .. :)
ReplyDeleteTerima kasih sudah berkunjung. :)
Delete