DAYTRIP KE TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI
Friday, March 10, 2017
Weekend pun tiba, biasanya weekend dipergunakan untuk
menghabiskan waktu bersama keluarga, teman dekat, pacar, atau siapa pun yang
berharga dalam hidup kita. Liburan pada waktu weekend pun bisa dijadikan alasan
yang paling masuk akal karena lelah bekerja full time di hari Senin sampai
Jumat. Bagi saya, setiap hari terasa weekend, karena freelancer bisa bekerja
kapan saja dan di mana saja tanpa mengenal batasan waktu.
Sebuah pesan singkat masuk ke handphone saya, ternyata itu
dari teman sekolah menengah saya yang sampai saat ini kami masih berteman baik. Namanya,
Lilis. Seperti biasa, liburan tanpa rencana adalah sifat saya. Lilis mengajak
saya untuk mengunjungi sebuah tempat di
kaki gunung, yang letaknya di area Taman Nasional Gunung Ciremai, yang
belakangan ini mulai ramai diperbincangkan oleh netizen.
Keesokan harinya setelah chattingan dengan Lilis, perjalanan
pun saya mulai dengan menyusuri kota Cirebon terlebih dahulu untuk menjemput
Lilis. Ada satu orang asing yang saya perhatikan dan gelagatnya terlihat aneh.
Aneh karena dia terlalu diam, nggak banyak omong, senyam senyum nggak jelas,
dan mukanya asing. Saya penasaran menanyakan hal ini kepada Lilis, ternyata dia
adalah anak Jogja yang sedang berlibur ke Cirebon, teman sepupunya Lilis.
Sepanjang perjalanan menuju Taman Nasional Gunung Ciremai, di Kuningan, banyak
cerita baru yang saya dapatkan dari Lilis, kami berbincang masalah macam-macam,
bahkan hal receh pun kami obrolkan.
Taman Nasional Gunung Ciremai sendiri menamakan tempat ini
dengan nama Ipukan, bukan ipelukan, ya! Tempat ini terletak di desa
Cisantana, kecamatan Cigugur, kabupaten Kuningan. Letaknya berada di
tengah-tengah antara gua Maria dan buper Palutungan. Cigugur merupakan salah satu
kawasan yang letaknya paling dekat dengan gunung Ciremai. Tak heran jika warga
di sini selalu antusias dalam berbenah untuk memajukan pariwisata. Hebatnya
lagi, Pemda setempat turut campur dalam pengembangan pengelolaan pariwisata.
Dengan membayar tiket masuk sebesar lima belas ribu rupiah,
akhirnya kami memasuki kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai yang cukup ramai
siang itu. Udara dingin pun menyelimuti. Perlahan, saya mulai mendekatka diri
saya kepada orang aneh itu, sama sekali nggak kenalan, sekadar basa-basi dan
berbincang seadanya. Sampai pada akhirnya, kita berfoto banyakan, bersama-sama.
Tak hanya sampai di sini petualangan kami, kami menuruni
jalanan menurun yang akan mengantarkan kami ke curug Cisurian. Ya, curug ini
terletak di Taman Nasional Gunung Ciremai. Curug ini masih alami, letaknya
tepat sekali di area perhutanan yang dihiasi pepohonan yang menjulang tinggi.
Sumber air dari curug ini pun mengalir ke curug Payung karena aliran airnya
masih sejalan nggak kayak hubungan kita yang udah nggak sejalan.
Banyak anak muda yang menghabiskan waktunya di sini, berfoto
bersama teman, keluarga, bahkan pose selfie alay ala-ala pun banyak sekali. Banyak
pula yang basah-basahan menikmati air curug yang mengalir deras.
Banyak perbincangan yang
terjadi antara saya dan si anak aneh dari Jogja itu, ketika anak-anak
cewek sedang asyik berfoto. Kami membahas tempat wisata di Jogja, seperti pantai,
museum, jalanan, transportasi, candi, kuliner, sampai dia menanyakan “kapan mau
liburan ke Jogja, Mas? Nanti bisa saya antar ke mana pun kalau Mas sudah di
Jogja.”
“Secepatnya, Mas, kebetulan saya juga ada rencana mau ke
Jogja dalam waktu dekat.”
Perbincangan itu hangat, nyambung, menjalar ke seluruh
bagian otak yang tadinya menganggap orang ini aneh menjadi seorang teman yang
hangat saat diajak berinteraksi. Lagi-lagi tidak ada perkenalan nama siang itu,
yang ada hanya panggilan “Mas” yang keluar dari mulut kami.
Itinerary hari itu tidak hanya ke Taman Nasional Gunung
Ciremai, ada tiga tempat yang harus dikunjungi hari itu. Tempat kedua letaknya
tak jauh dari TNGC, hanya berjarak lima sampai sepuluh menit. Sampailah kami di
tempat kedua. Lima ribu rupiah per motor adalah tarifnya, pemandangan alam yang
begitu menakjubkan seakan menghipnotis mata saya. Tempat ini sengaja didesain
khusus untuk berfoto, ada sebuah spot yang terbuat dari bambu dengan background
hamparan perbukitan, perkampungan, danau, dan sawah. Can you imagine about this
place?
Welcome to, Sukageuri View!
Terbukti berulang kali. Perbincangan dengan anak Jogja itu
dilanjutkan di tempat ini. Kali ini dia menanyakan lebih detail letak lokasi
yang terlihat jelas depan mata. Dan, kami masih belum mengenal satu sama lain.
Gelak canda, riuh tawa, hangat, seakan kami telah mengenal lebih dekat satu
sama lain. Tidak ada sedikit pun rasa canggung ketika memulai perbincangan yang
terjadi siang itu.
Akhirnya, gerombolan kami pun melaju menyusuri jalan untuk
pulang. Wait… ternyata perut kami semua belum diisi. My God, cacing di perut
mulai demo! Ini gawat! Bahaya! Bisa pingsan, nih, kalau sampai perut tak diisi!
Sekitar kurang lebih satu kilometer menuju jalan pulang, kami bertemu sebuah
tempat makan baru di sekitar sini. Awalnya kami mengira bahwa itu adalah sebuah
kafe yang menyediakan makanan mewah nan mahal. Bubulak Café, tempat yang dimaksud!
Bubulak Café dengan bangunan modern terletak di jalan raya desa Cisantana, tempatnya sangat cozy, desain tempat ini dibentuk sedemikian rupa yang bisa membuat para pengunjung nyaman. Makanan yang disajikan pun murah meriah, mostly masakan Sunda, yang selalu menjadi makanan favorit saya.
Bubulak Café dengan bangunan modern terletak di jalan raya desa Cisantana, tempatnya sangat cozy, desain tempat ini dibentuk sedemikian rupa yang bisa membuat para pengunjung nyaman. Makanan yang disajikan pun murah meriah, mostly masakan Sunda, yang selalu menjadi makanan favorit saya.
Yang namanya kenangan nggak selalu buruk. Ada segelintir kenangan yang bahkan membuat kita lebih baik lagi. Mungkin, kenangan akan day trip ini, kenangan akan teman baru yang aneh, kenangan akan pengalaman baru, kenangan akan tempat baru, dan kenangan-kenangan yang lainnya.
Kuningan hari itu menjadi istimewa. So yeah, kapan-kapan saya akan kembali lagi ke sini, mungkin ke tempat lain untuk membahas adat istiadat masyarakat Kuningan yang mengundang rasa penasaran saya.
Sampai bertemu di postingan saya selanjutnya!
Btw, mau bahas apa kita, wahai rakyatku?
Silakan komentar di bawah, ya!
0 comments