GUCI: Kaki Gunung Slamet

Wednesday, January 27, 2016

Di postingan sebelumnya, saya mau ngajakin kalian jalan-jalan ke Desa Wisata Cibuntu, ya? Tapi, apadaya. Ternyata bahan nya belum siap. Karena eh karena, saya belum ke sana lagi. Kenapa? Belum ada waktu untuk melakukan perbincangan langsung dengan pihak Desa Wisata Cibuntu yang nantinya akan dijadikan destinasi orang luar Kota yang menggunakan Travel Agent saya untuk traveling ke Cirebon. Jadi, sekarang kalian akan saya ajak jalan-jalan ke Jawa Tengah dulu. Gimana? Mau ikut, nggak?

Eh, btw, udah ada yang pernah ke sini belum? Udah tahu tempat ini sebelumnya? Yang udah tahu, kalian keren. Yang belum tahu, kasian, deh. Saya udah tiga kali (terhitung dengan ini) ke sini, dulu sih nggak ada fikiran untuk menceritakan pengalaman di setiap trip. Tapi, sekarang beda lagi. Bahkan, di setiap trip saya selalu menceritakan dan berbagi pengalaman kepada kalian semua.

Guci, terletak di kaki Gunung Slamet, Bumijawa, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. Tempat ini begitu memikat untuk pecinta traveling yang lebih ke --mencintai pemandangan alam, dan bisa dijadikan tempat berlibur bersama keluarga juga, lho. Rasa penasaran teman saya yang mengajak ke sini, justru membawa berkah buat saya. Buat nulis lagi. Karena udah lama nggak nulis. Karena udah lama nggak ngetrip. Its oke. Saya jabanin.

Kita bergegas menuju Tegal yang memakan waktu kurang lebih tiga jam. Sudah termasuk menghitung nyasar di jalan. Trust me, tempat ini gak kalah menarik sama Puncak di Bogor.



Banyak Villa berjajar di sepanjang jalan. Banyak pemandian air panas/hangat juga terpampang di samping jalan. Banyak pula penjual souvenir dan oleh-oleh Khas Guci. Entah kenapa cuaca di sini labil, di jalan cuaca nya panas. Pas udah sampe sini cuaca nya berkabut. Panas lagi. Berkabut lagi. Gitu aja terus sampe kiamat. But hey, di balik cuaca yang tak menentu, saya banyak sekali menemukan spot oke untuk mengambil gambar. Gak terburu-buru untuk mengambil gambar, saya bersama teman saya bersantai menikmati secangkir kopi yang warung nya terletak di atas bukit dan kita harus berjalan kaki menapaki bukit.

Hembusan kabut yang cukup tebal mewarnai perjalanan kita yang masih bersantai ria di warung kopi, tak lama kemudian saya berdiri, membuka ponsel, menyiapkan kamera, dan berkesempatan mengambil gambar karena takut kabutnya keburu hilang. Sayang, kan, kalau kabutnya hilang begitu saja?









Awan mendung setia menemani langit siang hari. Kabut tebal pun sempat meneteskan gemercik air. Perbincangan dengan Ibu warung, sempat membuat saya dan teman saya penasaran  dengan adanya air terjun yang letak nya cukup jauh. Kita berdua berjalan menuruni anak tangga, menaiki jalanan aspal yang berbelok, dan sempat bertemu dengan seorang lelaki dan seorang perempuan. Perempuan itu memakai longsleeve berwarna merah, rambut yang ditutupi jilbab peach, berkacamata, dengan bibir yang dibalut lipstick pink. Mereka sedang tertawa-tawa, bercanda, sesekali saling bertatapan, di pintu masuk menuju air terjun yang berbentuk saung dari kayu, yang tak lain mereka adalah penjaga pintu masuk  air terjun yang akan kita kunjungi.

Lagi, saya dan teman saya berjalan jauh menyusuri jalanan aspal untuk menemukan titik di mana air terjun itu berada. Tepat di dekat jembatan kecil, akhirnya nemu air terjun kecil yang cukup memanjakan mata. Sumpah, saya dan teman saya hampir tengkurep untuk mendapatkan hasil gambar bagus.





Eh, beneran, deh: ini pertama kalinya saya diajakin selfie sama teman saya. Dulu, dia alergi banget sama kamera. Sekarang? Tukang selfie. ))):

Saya mencoba seselow mungkin untuk mendapatkan hasil gambar yang benar-benar bagus, walaupun cuma berbekal kamera handphone, gak masalah. Seringkali, banyak orang yang nanya ke saya: “Mas, pake kamera apa?” atau “Mas, itu gimana cara ngeditnya?” Aslinya, saya cuma pake kamera handphone, dan gak punya kamera Mirrorless, kamera SLR, atau kamera digital. Hanya edit instagram. Kalau masalah hasil, tergantung kita ngambil angle yang bagus, sih. Sudah saya bahas sebelumnya. Cek aja beberapa postingan saya. )):

Nemu tempat outbound, dan ada spot menarik dikit. Kita pun bergantian memotret.








Berjalan beberapa meter ke depan, tak terlalu jauh dari tempat outbound, kita menemukan kolam renang pemandian air panas. Oiya, tiket masuk ke Wagu Wisata (masih satu area dengan air terjun dan outbound) ini cukup murah, kok, limabelas ribu untuk orang dewasa dan sepuluh ribu untuk anak-anak. But hey, saya dapat tiket anak-anak dong. Karena mungkin, si perempuan yang di depan pintu masuk air terjun tadi liat muka saya yang masih unyu-unyu kali, ya. Padahal, pas ditawar sama Yafie, gak mempan, tetap minta limabelas ribu. Ehe ehe.

Kolam renang ini disajikan dengan bentuk yang menarik, pintu masuk yang dihiasi tanaman kecil, kolam kecil yang didesain dengan sederhana, tempat santai berbentuk saung dengan beratapkan jerami, tempat duduk kecil yang dihiasi lampu taman yang terletak di samping kolam renang, dan area kolam renang yang terlihat jelas dari restaurant yang ada di dekatnya. 





Trust me, kalau kalian renang di air hangat ini, kalian akan diliatin Mbak-Mbak kasir restaurant. Tadinya, nggak mau berenang, tapi karena dari awal udah persiapan bawa baju ganti dari Rumah dan mubadzir juga kalau nggak renang, kan udah dapat tiket anak-anak. Hihihi. Kebetulan banget, kabut menghampiri lagi. Gak ada alasan buat gak ambil gambar. Gak ada alasan buat melewati kesempatan ini. Renang di air hangat. Cuaca dingin. Dibalut pohon pinus yang berdiri kokoh. Kabut tebal menyelimuti = MANJA!!

Jangan lupa bergantian fotonya






So, yeah. Hari itu saya belajar tentang memanfaatkan situasi  semaksimal mungkin dengan modal yang seminimal mungkin. Berinteraksi dengan orang lain yang gak dikenal. Merayu Mbak-Mbak penjaga tiket pintu masuk air terjun untuk nego harga tiket. Akhirnya dapat juga deh tiket anak-anak.

Sekian dulu postingan ini. Kalau suka, tinggal share. Kalau ada kritik dan saran, tinggalkan komen di kolom yang sudah disediakan. Silahkan dipelototi bonus fotonya.









PS: Pas di jalan pulang, di tengah Hutan, motor kehabisan bensin. Ditolongin sama Bapak-Bapak yang baru pulang kerja. Terimakasih, Pak!

Cheers,
Ferdy Kusuma.

You Might Also Like

0 comments

Subscribe